Vitamin D merupakan salah satu jenis vitamin yang dapat larut dalam lemak. Ada 5 jenis vitamin D yaitu Vitamin D1, D2 (ergokalsiferol), D3 (kolekalsiferol), D4 (22-dihidroergokalsiferol) dan D5 (sitokalsiferol). Namun penggunaan vitamin D3 pada unggas perlu diperhatikan dibandingkan dengan vitami D yang lain. Vitamin D3 (kolekalsiferol) berasal dari 7-dehidrokolesterol yang apabila terkena sinar matahari akan membentuk menjadi vitamin D3. vitamin D tidak larut di dalam air namun larut dalam lemak dan pelarut lemak.
Vitamin D berfungsi untuk meregulasi level kalsium dan fosfor dalam darah dengan cara mengatur absorpsi kalsium dan fosfor dari pakan di dalam usus halus, merearbsorpsi kalsium di dalam ginjal dan mineralisasi tulang serta kerabang telur. Vitamin D juga berperan dalam menghambat sekresi hormon paratiroid pada kelenjar paratiroid dan mencegah penyakit hipokalsemia. Sumber vitamin D dapat diperoleh dari sinar matahari, minyak ikan, susu, kacang-kacangan dan vitamin D sintetis. Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan osteomalasia dan rakhitis.
Vitamin D2 dan D3 yang ada di dalam pakan akan diserap oleh usus halus, kemudian dikirim oleh darah menuju hati yang akan dikonversi menjadi 25-hidroksikolekalsiferol dan akan dikirim ke ginjal untuk diubah menjai 1,25-dihidroksikolekalsiferol, bentuk aktif dari vitamin D. Senyawa tersebut kemudian diedarkan oleh darah ke seluruh jaringan, saluran pencernaan, tulang dan organ reproduksi. Senyawa 1,25-dihidroksikolekalsiferol bekerja dengan steroid untuk meregulasi transkripsi DNA di dalam vili usus untuk menginduksi sintesis mRNA yang bertanggung jawab terhadap produksi senyawa kalsium yang berikatan dengan protein. Protein akan terlibat dalam absorpsi kalsium di dalam lumen usus. Jumlah 1,25-dihidroksikolekalsiferol yang diproduksi di ginjal diatur oleh hormon paratiroid. Apabila kadar kalsium di dalam darah rendah (hipokalsemia), kelenjar paratiroid akan memproduksi hormon paratiroid lebih banyak. Produksi 1,25-dihidroksikolekalsiferol di dalam ginjal menjadi lebih banyak dengan adanya hormon paratiroid yang banyak sehingga akan meningkatkan absorpsi kalsium di dalam usus halus.
Vitamin D berfungsi untuk meregulasi level kalsium dan fosfor dalam darah dengan cara mengatur absorpsi kalsium dan fosfor dari pakan di dalam usus halus, merearbsorpsi kalsium di dalam ginjal dan mineralisasi tulang serta kerabang telur. Vitamin D juga berperan dalam menghambat sekresi hormon paratiroid pada kelenjar paratiroid dan mencegah penyakit hipokalsemia. Sumber vitamin D dapat diperoleh dari sinar matahari, minyak ikan, susu, kacang-kacangan dan vitamin D sintetis. Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan osteomalasia dan rakhitis.
Vitamin D2 dan D3 yang ada di dalam pakan akan diserap oleh usus halus, kemudian dikirim oleh darah menuju hati yang akan dikonversi menjadi 25-hidroksikolekalsiferol dan akan dikirim ke ginjal untuk diubah menjai 1,25-dihidroksikolekalsiferol, bentuk aktif dari vitamin D. Senyawa tersebut kemudian diedarkan oleh darah ke seluruh jaringan, saluran pencernaan, tulang dan organ reproduksi. Senyawa 1,25-dihidroksikolekalsiferol bekerja dengan steroid untuk meregulasi transkripsi DNA di dalam vili usus untuk menginduksi sintesis mRNA yang bertanggung jawab terhadap produksi senyawa kalsium yang berikatan dengan protein. Protein akan terlibat dalam absorpsi kalsium di dalam lumen usus. Jumlah 1,25-dihidroksikolekalsiferol yang diproduksi di ginjal diatur oleh hormon paratiroid. Apabila kadar kalsium di dalam darah rendah (hipokalsemia), kelenjar paratiroid akan memproduksi hormon paratiroid lebih banyak. Produksi 1,25-dihidroksikolekalsiferol di dalam ginjal menjadi lebih banyak dengan adanya hormon paratiroid yang banyak sehingga akan meningkatkan absorpsi kalsium di dalam usus halus.
Rachitis terjadi karena kegagalan tulang untuk tumbuh dalam bentuk normal pada hewan muda. Sedangkan osteomalasia terjadi akibat reabsorbsi dari tulang yang telah terbentuk pada hewan tua. Penyakit rachitis memperlihatkan gejala tulang-tulang yang salah bentuknya, paruh yang menjadi lunak, kelemahan kaki, kaki bengkok, gaya jalan kaku, tulang dada bengkok, cara menjaga keseimbangan badan kurang sempurna, bulu kurang hidup dan angka kematian yang tinggi. Untuk ayam dewasa gejala pertama yang tampak adalah menipisnya kulit telur, kemudian produksinya menurun, telurnya mengecil dan daya tetasnya kurang. Embrionya akan mati pada hari ke 18-19 dan memperlihatkan pertumbuhan rahang bawah yang tidak sempurna. Ayam dewasa dapat bertahan hidup meski kekurangan vitamin D, tetapi tulang dadanya menjadi lunak dan ayam tidak dapat berjalan.
Ergokalsiferol
2,2-Dihidroergokalsiferol
kolekalsiferol
sitokalsiferol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar