16 Juni 2009

Vitamin E

Pada tahun 1922 ditemukan suatu zat larut lemak yang dapat mencegah keguguran dan sterilitas pada tikus. Awalnya zat tersebut dinamakan zat antisterilitas. Kemudian diubah menjadi vitamin E. Pada tahun 1936, vitamin E dapat diisolasi dari minyak kecambah gandum dan dinamakan tokoferol. Tokoferol merupakan zat yang berasal dari bahasa Yunani yaitu tokos yang berarti keturunan dan pherein yang berarti membawa. Kemudian ditemukan beberapa jenis tokoferol. Saat ini istilah vitamin E biasa digunakan untuk menyatakan setiap campuran tokoferol aktif secara biologis. Unggas tidak dapat mensintesis vitamin E dari dalam tubuhnya (Bolukbasi et al., 2007) sehingga harus diperoleh dari pakan khususnya pakan nabati.


Vitamin E berperan sebagai antioksidan dalam melindungi zat nutrisi yang lain seperti vitamin A dan asam lemak tak jenuh dari proses oksidasi. Namun vitamin E mudah rusak oleh lemak yang telah teroksidasi. Allen et al. (2002) melaporkan bahwa vitamin E harus ada di dalam pakan unggas sekitar 17-48 mg/kg pakan. Vitamin E yang ada di dalam pakan dihidrolisis kemudian diserap oleh usus halus, lalu bergabung dengan membran sel yang dapat berfungsi sebagai pelindung sel dari radikal bebas. Pemberian vitamin E dosis tinggi dilaporkan dapat mencegah penyakit koksidiosis. Abdulkalykova et al. (2006) melaporkan bahwa vitamin E merupakan vitamin yang dapat memperbaiki respon imunitas dan meningkatkan resistensi terhadap infeksi penyakit.

Akbari et al. (2008) menambahkan bahwa Vitamin E merupakan sumber antioksidan yang berfungsi untuk menjaga fungsi sel imun. Pemberian pakan yang defisien vitamin E dapat menurunkan jumlah limfosit dalam bursa dan timus. Vitamin E juga berperan dalam menjaga kekebalan unggas dari serangan infeksi E. Coli, koksidiosis, IBD (Infectious Bursal Disease) dan Newcastle Disease. Bahan pakan sumber vitamin E antara lain biji-bijian, bungkil, jagung, dedak padi dan vitamin E sintetis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar