21 April 2009

Lemak

Kata lemak berasal dari bahasa Yunani (Greece) yaitu lipos. Sedangkan dalam bahasa inggris berarti lipid. Secara umum lemak merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi dapat diekstrasi dengan pelarut non polar seperti klorofom, eter dan benzena. Pengertian ini didasarkan dari salah satu kesepakatan Kongres Internasional Kimia Murni dan Terapan (International Congres of Pure and Applied Chemistry) karena sukarnya memberikan definisi yang jelas tentang lemak. Senyawa-senyawa lemak tidak memiliki rumus struktur yang sama dan sifat kimia serta biologinya juga bervariasi .karena itu dibuat kesepakatan tentang lemak yang didasarkan pada sifat fisika lemak seperti diatas.

Beberapa fungsi penting lemak dalam system mahluk hidup adalah sebagai berikut:

1. Komponen struktur membran, semua membran sel termasuk mielin, mengandung lipid lapisan ganda. Fungsi membran diantaranya adalah barier permeable.

2. Bentuk energi cadangan, sebagai fungsi utama triasilgliserol yang ditemukan dalam jaringan adipose.

3. Kofaktor/precursor enzim; untuk aktifitas enzim seperti fosfolipid dalam darah, koenzim A dan sebagainya.

4. Prekursor hormon dan vitamin; prostaglandin : asam arakidonat adalah prekursor untuk biosintesis prostaglandin, hormon steroid dan lain-lain

5. Lapisan pelindung: fungsi membran yang sebagian besar mengandung lipid diantaranya adalah barier permeable untuk mencegah infeksi dan kehilangan atau penambahan air yang berlebihan.

6. Insulasi barier, untuk menghindari panas, tekanan listrik dan fisik

Lemak seperti biomolekul lain yang telah dibahas sebelumnya juga terus menerus dirombak dan disintesis melalui berbagai macam proses metabolisme. Metabolisme lemak merupakan bahasan yang cukup luas karena begitu banyaknya golongan biomolekul ini.

Dalam tubuh ternak, energi yang digunakan berasal dari oksidasi karbohidrat dan lemak. Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia (Readily Available Source) sedangkan lemak merupakan cadangan energi (energy reserve). Dalam tubuh, lemak disimpan pada hati dan otot. Lemak yang tersimpan di sel dinamakan jaringan adiposa atau deposisi lemak (fat deposit). Lemak yang terdeposisi dalam organ tubuh seperti jantung, hati, ginjal dan limpa dapat melindungi organ tersebut dari benturan. Lemak yang terdeposisi dalam jaringan di bawah kulit juga dapat mempertahankan suhu badan dari pengaruh lingkungan. Lemak mengandung 9 kkal/gram sedangkan karbohidrat hanya mengandung 4 kkal/gram.

Lemak merupakan salah satu komponen bahan pakan yang dibutuhkan oleh ternak. Lemak ditambahkan dalam pakan unggas untuk mencukupi energi, memperbaiki efisiensi pakan dan meningkatkan produktivitas. Minyak juga digunakan untuk melarutkan vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E dan K. Lemak merupakan sumber energi yang tertinggi setelah karbohidrat namun tidak dapat digunakan dalam jumlah yang banyak pada pakan karena dapat menimbulkan ketengikan akibat dari proses oksidasi. Lemak dan minyak merupakan suatu kesatuan dimana lemak terbentuk apabila dalam kondisi ruang berbentuk padat sedangkan minyak terbentuk apabila dalam kondisi ruang berbentuk cair.

Lemak dan minyak yang digunakan sebagai bahan pakan diperoleh dari limbah peternakan seperti lemak sapi, lemak babi, lemak ayam dan lemak kambing dan dari proses pengolahan industri seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit dan minyak ikan.

Lemak dalam pakan diserap tubuh melalui usus halus. Pankreas mensekresi enzim lipase yang bertujuan untuk menghidrolisis lemak pakan menjadi asam lemak, gliserol, sabun, dan mono- serta di-gliserida. Lemak tidak dapat larut dengan air sehingga harus diubah menjadi lipoprotein setelah bereaksi dengan protein yang larut dalam air (water soluble protein) untuk kemudian dibawa oleh darah. Hati berfungsi untuk mengatur kandungan lemak dalam darah, apabila kandungan lemak dalam darah meningkat, maka hati berfungsi merombak lemak menjadi glikogen untuk disimpan dalam hati atau otot. Lemak yang dibawa oleh darah didistribusikan ke seluruh bagian jaringan tubuh. Lemak berfungsi memelihara jaringan otak dan syaraf pula.


Komponen dari lemak dapat dilihat pada gambar berikut:


Lemak berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu lemak yang dapat disaponifikasi (Saponifikasi lipids) dan lemak yang tidak dapat disaponifikasi (Non Saponifikasi lipids). Golongan lemak pertama dapat dihidrolisis dengan alkali dan panas sehingga terbentuk asam-asam lemak dan komponen molekul lainnya. Contohnya adalah lemak netral (triasilgliserol), fosfolipid, glikolipid dan sulfolipid serta senyawa dengan asam karboksilat rantai panjang (asam lemak). Kelompok kedua disintesis dari unit isoprene kolesterol dan lain-lain sterol serta steroid, dolikol, ubiquinon dan vitamin A, D, E dan K.

Penggolongan lemak yang lain berdasarkan strukturnya yaitu lemak sederhana, lemak majemuk dan kelompok lemak turunan. Lemak sederhana atau homolipid merupakan lemak bentuk ester yang mengandung C, H dan O. Beberapa contoh lemak sederhana adalah: lemak, ester lemak, gliserol, lilin dan lain-lain. Lemak majemuk merupakan senyawa yang mengandung bahan-bahan lain seperti alkohol dan asam lemak. Beberapa senyawa yang tergolong lipid majemuk adalah: fosfosilgliserol terdiri atas gliserol, dan asam lemak. HPO42- dan kolin atau etanolamin. Sfingomielin terdiri atas sfingosin, asam lemak, HPO42- dan kolin. Gangliosida terdiri atas sfingosin, asam lemak, dan 2-6 gula sederhana (Termasuk asam sialat) dan Serebrosida yang tersusun atas sfingosin, asam lemak dan gula sederhana.

Lemak turunan merupakan senyawa-senyawa lemak yang tidak dimasukkan ke dalam kedua kelompok lemak diatas. Atau kelompok lemak yang berasal dari hidrolisis lemak sederhana dan atau lemak majemuk. Contoh lemak turunan adalah steroid, karotenoid dan vitamin larut dalam lemak.

Selengkapnya...

Protein

Protein merupakan zat yang berfungsi sebagai pembentuk kerangka struktural tubuh, perbaikan jaringan, bagian dari asam-asam amino, dapat diubah menjadi lemak, karbohidrat dan substansi-substansi lain serta sebagai bagian aktif dalam metabolisme tubuh. Protein-protein di dalam tubuh berada dalam keseimbangan yang dinamis. Protein-protein tersebut secara teratur diuraikan dan dibentuk (disintesis) kembali. Proses ini disebut katabolisme dan anabolisme.

Katabolisme merupakan proses dimana protein dipecah menjadi polipeptida-polipeptida dan asam-asam amino bebas dengan bantuan enzim-enzim seperti pepsin, tripsin dan khimotripsin. Penyempurnaan pencernaan melalui hidrolisa peptida oleh enzim karboksi peptidase menjadi ukuran yang lebih kecil dengan pemecahan ikatan peptida. Sedangkan anabolisme merupakan proses perubahan asam-asam amino menjadi peptida serta proses perubahan peptida menjadi protein.

Pada ternak dewasa yang tidak bunting maupun tidak laktasi, proses katabolime protein seimbang dengan proses anabolisme protein. Dalam hal ini ternak dikatakan dalam keseimbangan protein yang ditunjukkan bahwa nitrogen dalam makanan sama dengan nitrogen yang dikeluarkan (diekskresi). Namun pada ternak yang sedang tumbuh, proses anabolisme protein melebihi katabolisme protein. Jika ternak tidak memperoleh pakan dalam jangka waktu yang lama, pengeluaran nitrogen akan melebihi nitrogen yang diperoleh dari pakan. Pada ternak non ruminansia, protein diubah menjadi asam-asam amino namun pada ternak ruminansia, protein diubah menjadi asam-asam amino, peptida dan amonia.

Ada dua sumber asam-asam amino yaitu dari pencernaan protein pakan yang biasa disebut sumber protein eksogen dan yang berasal dari hidrolisis jaringan-jaringan protein yang telah tidak terpakai yang disebut sumber protein endogen. Kedua protein tersebut membentuk pool metabolik asam-asam amino yang tedapat dalam keadaan dinamis.

Peranan utama asam amino adalah sebagai sintesis jaringan protein, namun asam amino juga dapat diubah menjadi metabolit-metabolit esensial lain seperti dalam biosintesis kreatin, kholin, purin, pirimidin, porfifin, epinefrin, tirokain, niasin, melamin, asam-asam empedu, produk-produk detoksikasi, glukosa dan badan keton.

Kandungan protein bahan pakan unggas dicerminkan dari komposisi masing-masing asam amino yang terkandung di dalamnya. Komposisi asam amino terutama asam amino esensial menjadi acuan dalam penyusunan pakan unggas. Beberapa bahan pakan memiliki protein yang tinggi namun defisien terhadap asam amino esensial. Asam amino seperti lisin, metionin dan treonin merupakan asam amino esensial bagi unggas dan merupakan asam amino pembatas. Asam amino esensial merupakan asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh ternak sehingga harus diperoleh dari pakan. Oleh karena itu, pakan unggas harus tercukupi kandungan asam aminonya agar ternak tidak defisiensi salah satu atau lebih asam amino. Namun ada pula asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh ternak yang dinamakan asam amino non esensial. Meskipun dalam pakan defisensi asam amino non esensial namun tubuh unggas mampu mensintesis asam amino non esensial.

Komponen dari asam amino dapat dilihat pada gambar berikut:


Bahan pakan di Indonesia terdiri dari berbagai macam namun hanya beberapa yang memiliki kandungan metionin yang cukup. Oleh karena itu, metionin merupakan asam amino pembatas di Indonesia sehingga pemerintah Indonesia harus impor bungkil kedelai sebagai bahan pakan sumber protein yang kaya akan metionin agar dapat digunakan sebagai campuran pakan dan mencukupi kandungan metioninnya. Suplementasi metionin sintetik dalam bentuk DL-metionin juga dapat dilakukan untuk mencukupi kebutuhan metionin dalam pakan namun asam amino sintetik harganya mahal dan jarang dijual di pasaran.

Bahan pakan sumber protein diperoleh dari bungkil-bungkilan sebagai limbah pertanian seperti bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil kapas dan sebagainya serta limbah peternakan seperti MBM dan tepung ikan.

Selengkapnya...

Energi



Pada dasarnya ternak unggas membutuhkan pakan sebagai sumber nutrisinya. Pakan unggas merupakan pakan yang terdiri dari berbagai jenis komposisi nutrisi seperti energi, protein, lemak, serat dan abu. Nilai nutrisi dari bahan pakan salah satunya tergantung dari kandungan energinya. Dalam pengertian yang sederhana, energi merupakan kemampuan untuk melakukan kerja dan merupakan zat gizi yang banyak dibutuhkan ternak setelah air. Makanan yang dikonsumsi pertama kali berfungsi sebagai sumber energi yang diperlukan tubuh untuk mempertahankan kehidupan dan melakukan aktivitas lainnya karena ternak adalah hewan homeoterm atau hewan yang mengatur temperatur tubuhnya sendiri. Panas yang keluar dari tubuh ternak diperlukan untuk memelihara temperatur tubuhnya dari cekaman dingin lingkungan. Dalam hal ini, panas yang timbul akibat proses metabolisme digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.

Energi yang terkandung di dalam bahan pakan dinamakan energi bruto (gross energy). Tidak semua energi yang terkandung di dalam pakan dapat digunakan oleh tubuh ternak. Beberapa diantaranya akan keluar melalui ekskreta karena tidak diabsorpsi oleh saluran pencernaan unggas.

Energi tercerna (Digestible energy/DE) merupakan energi yang diperoleh dari pengurangan jumlah energi bruto di dalam pakan dengan energi yang ada di dalam feses unggas. Metode pengukuran energi tercerna jarang digunakan oleh peneliti karena feses unggas bercampur dengan urine sehingga dinamakan ekskreta. Untuk menentukan energi dari feses perlu dilakukan operasi pada saluran pencernaan unggas agar feses tidak bercampur dengan urine.

Pengukuran energi yang tepat pada ternak unggas adalah menggunakan energi metabolis (metabolizable energy). Energi metabolis adalah energi yang tersedia untuk proses anabolisme (membangun jaringan tubuh, susu atau telur) dan proses katabolisme (produksi panas tubuh). Energi metabolis didapat dari jumlah seluruh energi dalam pakan dikurangi energi yang hilang melalui feses dan dikurangi dengan energi hasil pencernaan berupa gas. Bagi burung dan mamalia berlambung satu, hasil pencernaan yang berupa gas tidak perlu diperhatikan (Anggorodi, 1994). Energi metabolis diperoleh dari pengurangan antara energi yang terkandung pada pakan yang dikonsumsi oleh unggas dikurangi dengan energi yang terkandung di dalam ekskreta.

Energi metabolis dibagi menjadi dua bentuk yaitu “Apparent Metabolizable Energy” atau yang disingkat AME dan “True Metabolizable Energy” atau TME. Nilai AME dihitung dari jumlah energi bruto bahan yang dimakan dikurangi dengan jumlah energi dari feses dan urine yang dikeluarkan serta energi yang hilang dalam bentuk gas. Energi yang hilang dalam bentuk gas pada ternak unggas kecil sekali sehingga diabaikan nilainya. Sebenarnya energi dalam feses dan urine tidak seluruhnya berasal dari bahan yang dikonsumsi pada waktu itu, tetapi sebagian berasal dari tubuh. Bahan-bahan tersebut adalah reruntuhan sel-sel epitel mukosa usus, sisa garam empedu yang tidak terserap kembali, getah lambung, dan sisa proses katabolisme dalam sel jaringan. Bahan-bahan tersebut juga mengandung energi yang disebut energi endogen. Energi metabolis yang telah dikurangi energi endogen dalam feses dan urine disebut “True Metabolizable Energy” atau disingkat TME (Achmanu, 1997). Menurut Scott et al. (1982) energi metabolis dapat dihitung dengan rumus:

Dimana:

AME : energi metabolis semu (kkal/kg)

GE intake : gross energy pakan yang dikonsumsi (kkal/kg)

GE ekskreta : gross energy dalam ekskreta (kkal/kg)

Intake : konsumsi pakan

Bahan pakan yang diberikan pada ternak mengandung zat protein yang merupakan persenyawaan komponen nitrogen. Protein yang dimakan sebagian akan ditinggal dalam tubuh membentuk jaringan sel. Dalam perhitungan energi metabolis suatu bahan pakan kadang-kadang terjadi jumlah nitrogen dari feses dan urine lebih banyak dari jumlah nitrogen bahan yang dikonsumsi, yang berarti terjadi perombakan jaringan-jaringan sel atau proses katabolisme dari nitrogen tubuh. Dalam proses ini dihasilkan asam urat yang juga mengandung energi. Keadaan ini disebut sebagai retensi negatif. Keadaan lainnya yaitu jumlah nitrogen dalam ekskreta lebih sedikit dibandingkan jumlah nitrogen dari bahan yang dikonsumsi. Keadaan ini disebut sebagai retensi positif yaitu adanya nitrogen yang tetap berada dalam tubuh (Achmanu, 1992).

Dengan adanya kemungkinan tersebut di atas maka alam perhitungan energi metabolis digunakan perhitungan berdasarkan keseimbangan nitrogen atau zero nitrogen balance. Nitrogen energi metabolis dengan menggunakan perhitungan keseimbangan nitrogen ini pada AME diberikan tanda AMEn (Sibbald, 1982). Besar kecilnya retensi N selain dipengaruhi oleh pakan juga dipengaruhi oleh konsumsi energi. Konsumsi energi yang tinggi akan meningkatkan retensi N. nilai energi metabolis semu terkoreksi (AMEn) atau Apparent Metabolizable Energy corrected N merupakan nilai energi metabolis semu yang selanjutnya dikoreksi dengan nilai N yaitu dengan mengurangkan nilai kalori dari 1 gram nitrogen (8,73) dikalikan dengan retensi N. hasil perhitungan energi metabolis semu tanpa ada koreksi N dianggap kurang dapat memperkirakan nilai energi metabolis suatu bahan. Nitrogen yang tersimpan dalam jaringan tubuh jika dikatabolisme hasil akhirnya akan diekspresikan sebagai energi yang hilang sebagai urine. Koreksi terhadap perhitungan energi metabolis semu diharapkan dapat mengurangi adanya variasi N sehingga perhitungan tersebut terbebas dari pengaruh N (Wolynetz and Sibbald, 1984).

Pengukuran AMEn dengan metode Farrel (1978) dapat dihitung dengan rumus:



Dimana

AME : energi metabolis semu (kkal/kg)

AMEn : energi metabolis semu terkoreksi N (kkal/kg)

GE intake : gross energy pakan yang dikonsumsi (kkal/kg)

GE ekskreta : gross energy dalam ekskreta (kkal/kg)

Retensi N : N pakan – N ekskreta

Intake : pakan yang dikonsumsi

Energi netto (Net energi) merupakan energi yang dihitung dari pengurangan antara energi metabolis dengan energi yang hilang sebagai panas. Energi netto terdiri dari energi yang digunakan untuk hidup pokok dan energi yang digunakan untuk berproduksi. Nilai energi netto sangat bervariasi sehingga tidak ada nilai energi netto yang absolut pada setiap bahan pakan.

Karbohidrat merupakan sumber energi paling penting bagi unggas. Karbohidrat dapat diperoleh dari sebagian besar bahan pakan berbentuk biji-bijian seperti jagung, gandum, barley, oat yang memiliki kontribusi dalam mencukupi kebutuhan energi unggas. Karbohidrat juga diperoleh dari limbah pertanian seperti dedak padi, pollard, onggok dan sebagainya. Karbohidrat yang terkandung pada biji-bijian sebagian besar dalam bentuk pati sehingga mudah dicerna oleh unggas. Beberapa bahan pakan mengandung karbohidrat dalam bentuk selulosa dan hemiselulosa sehingga susah untuk dicerna oleh unggas karena saluran pencernaan unggas memiliki mikroba pencerna serat kasar dalam jumlah yang sedikit.

Satuan yang digunakan pada pengukuran energi adalah joule atau kalori. Makna dari satu kalori (1 kal) adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air 1oC dari temperatur 16,5oC menjadi 17,5oC. Satu kalori setara dengan 4,184 joule. Satu kilokalori (1 kkal) setara dengan 1000 kalori. Satuan kkal biasanya digunakan untuk menentukan kandungan energi dari suatu bahan pakan.

Untuk mengetahui energi dari pakan yang dapat digunakan oleh tubuh dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:



Selengkapnya...

Selamat Datang di Website Saya



-->

Website ini saya buat untuk mengeksplorasi dunia perunggasan di Indonesia terutama mengenai pakan unggas yang sangat beragam keberadaannya mulai dari karakteristik, nilai nutrisi hungga produksinya. Di dalam website ini saya menampilkan artikel yang saya rangkum dari berbagai jurnal, artikel ilmiah, skripsi dan sumber lain untuk mempermudah pembaca dalam menelaah dunia peternaka unggas.
Kritik dan saran sangat saya harapkan untuk meningkatkan kualitas dari website ini.
Selengkapnya...

Air Minum

Air merupakan komponen yang sangat diperlukan bagi tubuh ternak. Air merupakan bahan yang mudah didapat dan murah namun sangat penting bagi unggas. Sekitar 65-85 % komponen air terkandung dalam tubuh ternak unggas muda, namun jumlah tersebut akan berkurang hingga 45-60 % pada ternak dewasa. Kebutuhan air bagi unggas diperoleh dari air minum, air yang terkandung di dalam bahan pakan maupun air yang dihasilkan dari proses metabolisme di dalam tubuh unggas. Air dibutuhkan untuk transport zat-zat makanan ke seluruh tubuh, membentuk dan mempertahankan jaringan tubuh, mempertahankan suhu tubuh, proses metabolisme dan membentuk telur. Ternak yang kekurangan air akan mengalami penurunan produktivitas seperti penurunan produksi telur dan bobot badan karena terjadi penurunan konsumsi pakan. Oleh karena itu, pada ternak unggas, air diberikan tidak terbatas (ad libitum). Unggas yang kekurangan 10 % cairan di dalam tubuh akan menyebabkan dehidrasi dan apabila terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian.

Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi konsumsi air pada ternak unggas. Pengaruh temperatur dan kelembaban menjadi salah satu faktor dalam konsumsi air. Temperatur kandang yang tinggi atau kelembaban kandang yang rendah akan menyebabkan konsumsi air minum meningkat karena sebagian besar air di dalam tubuh berubah menjadi uap air dan hilang melalui pernapasan.

Kandungan air di dalam pakan juga mempengaruhi konsumsi air minum. Bahan pakan seperti hijauan dan leguminosa dalam bentuk segar memiliki kandungan air yang tinggi namun bahan pakan seperti biji-bijian, bungkil dan hijauan kering memiliki kandungan air yang rendah. Unggas yang diberi pakan yang memiliki kandungan air dalam jumlah sedikit akan cenderung mengkonsumsi air minum lebih banyak dibandingkan dengan unggas yang diberi pakan dengan kandungan air tinggi. Namun bahan pakan yang memiliki kandungan air tinggi lebih cepat rusak karena mudah berjamur. Oleh karena itu setiap bahan pakan perlu diperhatikan jumlah kandungan air. Kandungan serat kasar atau garam yang tinggi di dalam pakan juga mempengaruhi konsumsi air minum.

Selengkapnya...

16 April 2009

Komponen Bahan Pakan


Pakan unggas terdiri dari berbagai macam campuran dari bahan pakan seperti biji-bijian, bungkil-bungkilan, limbah pertanian maupun peternakan, vitamin dan mineral. Pakan unggas selalu diramu agar sesuai dengan kebutuhan nutrisi dari unggas. Masing-masing unggas memiliki perbedaan dalam bentuk pakan, kandungan nutrisi pakan dan komposisi pakan. Unggas dalam fase starter, grower dan layer pada petelur atau finisher pada pedaging memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda-beda. Unggas fase starter membutuhkan asupan protein lebih tinggi dibandingkan dengan fase layer atau finisher untuk memacu pertumbuhan. Oleh karena itu, para peramu pakan harus dapat menentukan komposisi pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi ternak.

Bentuk pakan juga dipengaruhi oleh jenis dan umur ternak. Ternak itik cenderung mengkonsumsi pakan dalam bentuk basah namun tidak dengan ayam yang mengkonsumsi pakan dalam bentuk kering. Ayam periode starter tidak dapat mengkonsumsi pakan dalam bentuk pellet atau crumble melainkan harus dalam bentuk tepung atau mash. Bentuk pakan mempengaruhi konsumsi pakan. Walaupun komposisi pakan sudah memenuhi kebutuhan nutrisi unggas namun apabila bentuk pakan yang diberikan tidak sesuai maka konsumsi pakan akan menurun.

Pakan unggas menyediakan energi yang dibutuhkan bagi unggas dan sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan, produksi dan kesehatan yang semuanya terdiri dari komponen nutrisi seperti protein dan asam amino, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Pembentukan daging tidak lepas kaitannya dengan karbohidrat, protein dan lemak serta begitu pula dengan pembentukan telur. Ternak yang kekurangan salah satu komponen nutrisi akan menyebabkan terhambatnya produksi. Oleh karena itu, ketercukupan asupan nutrisi ternak dipengaruhi dari pakan yang dikonsumsinya.

Berbagai jenis bahan pakan unggas telah banyak dieksplorasi oleh para peneliti dan peternak. Mulai dengan cara coba-coba (trial and error) hingga menggunakan riset dengan pengujian terukur. Beberapa bahan pakan memiliki komponen dan ketersediaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu perlu diklasifikasi masing-masing bahan pakan agar diketahui komponen yang terkandung di dalamnya.

Penyediaan bahan pakan unggas masih bergantung pada impor dari luar negeri. Bahan pakan utama sebagai sumber energi seperti jagung dan sumber protein seperti bungkil kedelai dan tepung ikan masih harus didatangkan dari luar negeri untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri khususnya sebagai bahan pakan unggas. Oleh karena itu perlu adanya bahan pakan substitusi yang berbasis limbah pertanian atapun peternakan yang dapat menggantikan bahan pakan impor. Namun untuk mengetahui bahan pakan substitusi, perlu diketahui komponen bahan pakannya untuk menentukan bahan pakan yang sesuai kandungan nutrisinya namun harganya murah sehingga dapat mensubstitusi bahan pakan impor dan menurunkan biaya produksi pakan.

Komponen penyusun bahan pakan unggas dapat dilihat pada gambar berikut:


Selengkapnya...

Latar Belakang Website


-->

Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar lahan digunakan untuk pertanian. Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam mencukupi kebutuhan pokok pangan bagi seluruh masyarakat. Komoditas peternakan dalam hal ini menyumbang produksi protein terbesar dibandingkan dengan produk pertanian. Produk-produk seperti daging, telur dan susu menjadi produk unggulan sehingga permintaan akan kebutuhan produk tersebut dari tahun ke tahun semakin meningkat namun tidak ditunjang dari kenaikan jumlah produk peternakan.
Beberapa kendala di lapang seperti wabah flu burung, antrak, penyakit kuku dan mulut, wabah penyakit lain serta fluktuasi harga DOC dam pakan membuat banyak peternakan gulung tikar. Faktor lain yang menjadi kendala adalah pakan. Biaya pakan merupakan biaya terbesar dalam biaya produksi peternakan. Sekitar 60 % biaya produksi peternakan adalah biaya pakan. Tingginya biaya produksi pakan membuat peternak berhati-hati dalam memilih pakan. Seringkali peternak hanya memilih pakan yang murah tanpa mengetahui kandungan nutrisi dari pakan tersebut. Hal ini menjadikan salah satu sebab penurunan produktivitas peternakan akibat rendahnya kandungan nutrisi dalam pakan.
Sebagai negara tropis, di Indonesia banyak tumbuh berbagai tanaman pertanian. Namun kebutuhan bahan pakan bagi sektor peternakan masih bergantung dari negara lain. Beberapa bahan pakan konvensional seperti jagung, bungkil kedelai dan tepung ikan masih impor dari negara-negara penghasil bahan pakan tersebut sehingga harga bahan pakan tersebut menjadi lebih mahal. Hal ini disebabkan adanya persaingan lahan pertanian antara tanaman sebagai bahan pangan dan sebagai bahan pakan. Oleh karena itu, banyak peternak beralih pada bahan pakan alternatif yang banyak tersedia di Indonesia. Bahan pakan alternatif ini terdiri dari limbah hasil pertanian dan hasil industri. Penggunaan bahan pakan alternatif ini disebut juga bahan pakan nonkonvensional.
Penelitian mengenai penggunaan limbah pertanian dan industri sudah banyak dilakukan namun hasil penelitian tersebut masih belum banyak diketahui oleh masyarakat. Padahal dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui ternyata masih banyak bahan pakan lokal berbasih limbah yang dapat mensubstitusi penggunaan bahan pakan konvensional. Hal ini menjadi suatu peluang dalam menyusun ransum dengan harga murah namun memiliki nutrisi yang baik.
Hanya saja ada kelemahan dari penggunaan bahan pakan non konvensional sehingga ada keterbatasan dalam penggunaannya sebagai ransum. Zat-zat atau senyawa yang terkandung di dalam beberapa bahan pakan konvensional menjadikan suatu masalah apabila dikonsumsi hewan ternak secara berlebihan. Potensi yang besar untuk dilakukan penelitian-penelitian yang mengarah pada peningkatan penggunaan bahan pakan nonkonvensional di Indonesia.
Untuk mengetahui penyusunan dan pemberian pakan ternak untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang maksimal perlu dipelajaran pengetahuan mengenai bahan pakan ternak. Menurut Susanto (2004), Ilmu Bahan Pakan Ternak dapat diartikan sebagai salah satu ilmu yang mempelajari tentang berbagai ragam komponen penyusun ransum baik secara sendiri maupun bersama-sama ditinjau dari kualitas dan kuantitasnya yang dapat diberikan kepada ternak tanpa mengganggu kesehatan sehingga dapat memberikan manfaat kepada manusia.
Oleh karena itu, website ini diterbitkan dengan harapan memberikan informasi mengenai dunia perunggasan di Indonesia.
Selengkapnya...