Pada dasarnya ternak unggas membutuhkan pakan sebagai sumber nutrisinya. Pakan unggas merupakan pakan yang terdiri dari berbagai jenis komposisi nutrisi seperti energi, protein, lemak, serat dan abu. Nilai nutrisi dari bahan pakan salah satunya tergantung dari kandungan energinya. Dalam pengertian yang sederhana, energi merupakan kemampuan untuk melakukan kerja dan merupakan zat gizi yang banyak dibutuhkan ternak setelah air. Makanan yang dikonsumsi pertama kali berfungsi sebagai sumber energi yang diperlukan tubuh untuk mempertahankan kehidupan dan melakukan aktivitas lainnya karena ternak adalah hewan homeoterm atau hewan yang mengatur temperatur tubuhnya sendiri. Panas yang keluar dari tubuh ternak diperlukan untuk memelihara temperatur tubuhnya dari cekaman dingin lingkungan. Dalam hal ini, panas yang timbul akibat proses metabolisme digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.
Energi yang terkandung di dalam bahan pakan dinamakan energi bruto (gross energy). Tidak semua energi yang terkandung di dalam pakan dapat digunakan oleh tubuh ternak. Beberapa diantaranya akan keluar melalui ekskreta karena tidak diabsorpsi oleh saluran pencernaan unggas.
Energi tercerna (Digestible energy/DE) merupakan energi yang diperoleh dari pengurangan jumlah energi bruto di dalam pakan dengan energi yang ada di dalam feses unggas. Metode pengukuran energi tercerna jarang digunakan oleh peneliti karena feses unggas bercampur dengan urine sehingga dinamakan ekskreta. Untuk menentukan energi dari feses perlu dilakukan operasi pada saluran pencernaan unggas agar feses tidak bercampur dengan urine.
Pengukuran energi yang tepat pada ternak unggas adalah menggunakan energi metabolis (metabolizable energy). Energi metabolis adalah energi yang tersedia untuk proses anabolisme (membangun jaringan tubuh, susu atau telur) dan proses katabolisme (produksi panas tubuh). Energi metabolis didapat dari jumlah seluruh energi dalam pakan dikurangi energi yang hilang melalui feses dan dikurangi dengan energi hasil pencernaan berupa gas. Bagi burung dan mamalia berlambung satu, hasil pencernaan yang berupa gas tidak perlu diperhatikan (Anggorodi, 1994). Energi metabolis diperoleh dari pengurangan antara energi yang terkandung pada pakan yang dikonsumsi oleh unggas dikurangi dengan energi yang terkandung di dalam ekskreta.
Energi metabolis dibagi menjadi dua bentuk yaitu “Apparent Metabolizable Energy” atau yang disingkat AME dan “True Metabolizable Energy” atau TME. Nilai AME dihitung dari jumlah energi bruto bahan yang dimakan dikurangi dengan jumlah energi dari feses dan urine yang dikeluarkan serta energi yang hilang dalam bentuk gas. Energi yang hilang dalam bentuk gas pada ternak unggas kecil sekali sehingga diabaikan nilainya. Sebenarnya energi dalam feses dan urine tidak seluruhnya berasal dari bahan yang dikonsumsi pada waktu itu, tetapi sebagian berasal dari tubuh. Bahan-bahan tersebut adalah reruntuhan sel-sel epitel mukosa usus, sisa garam empedu yang tidak terserap kembali, getah lambung, dan sisa proses katabolisme dalam sel jaringan. Bahan-bahan tersebut juga mengandung energi yang disebut energi endogen. Energi metabolis yang telah dikurangi energi endogen dalam feses dan urine disebut “True Metabolizable Energy” atau disingkat TME (Achmanu, 1997). Menurut Scott et al. (1982) energi metabolis dapat dihitung dengan rumus:
Dimana:
AME : energi metabolis semu (kkal/kg)
GE intake : gross energy pakan yang dikonsumsi (kkal/kg)
GE ekskreta : gross energy dalam ekskreta (kkal/kg)
Intake : konsumsi pakan
Bahan pakan yang diberikan pada ternak mengandung zat protein yang merupakan persenyawaan komponen nitrogen. Protein yang dimakan sebagian akan ditinggal dalam tubuh membentuk jaringan sel. Dalam perhitungan energi metabolis suatu bahan pakan kadang-kadang terjadi jumlah nitrogen dari feses dan urine lebih banyak dari jumlah nitrogen bahan yang dikonsumsi, yang berarti terjadi perombakan jaringan-jaringan sel atau proses katabolisme dari nitrogen tubuh. Dalam proses ini dihasilkan asam urat yang juga mengandung energi. Keadaan ini disebut sebagai retensi negatif. Keadaan lainnya yaitu jumlah nitrogen dalam ekskreta lebih sedikit dibandingkan jumlah nitrogen dari bahan yang dikonsumsi. Keadaan ini disebut sebagai retensi positif yaitu adanya nitrogen yang tetap berada dalam tubuh (Achmanu, 1992).
Dengan adanya kemungkinan tersebut di atas maka alam perhitungan energi metabolis digunakan perhitungan berdasarkan keseimbangan nitrogen atau zero nitrogen balance. Nitrogen energi metabolis dengan menggunakan perhitungan keseimbangan nitrogen ini pada AME diberikan tanda AMEn (Sibbald, 1982). Besar kecilnya retensi N selain dipengaruhi oleh pakan juga dipengaruhi oleh konsumsi energi. Konsumsi energi yang tinggi akan meningkatkan retensi N. nilai energi metabolis semu terkoreksi (AMEn) atau Apparent Metabolizable Energy corrected N merupakan nilai energi metabolis semu yang selanjutnya dikoreksi dengan nilai N yaitu dengan mengurangkan nilai kalori dari 1 gram nitrogen (8,73) dikalikan dengan retensi N. hasil perhitungan energi metabolis semu tanpa ada koreksi N dianggap kurang dapat memperkirakan nilai energi metabolis suatu bahan. Nitrogen yang tersimpan dalam jaringan tubuh jika dikatabolisme hasil akhirnya akan diekspresikan sebagai energi yang hilang sebagai urine. Koreksi terhadap perhitungan energi metabolis semu diharapkan dapat mengurangi adanya variasi N sehingga perhitungan tersebut terbebas dari pengaruh N (Wolynetz and Sibbald, 1984).
Pengukuran AMEn dengan metode Farrel (1978) dapat dihitung dengan rumus:
Dimana
AME : energi metabolis semu (kkal/kg)
AMEn : energi metabolis semu terkoreksi N (kkal/kg)
GE intake : gross energy pakan yang dikonsumsi (kkal/kg)
GE ekskreta : gross energy dalam ekskreta (kkal/kg)
Retensi N : N pakan – N ekskreta
Intake : pakan yang dikonsumsi
Energi netto (Net energi) merupakan energi yang dihitung dari pengurangan antara energi metabolis dengan energi yang hilang sebagai panas. Energi netto terdiri dari energi yang digunakan untuk hidup pokok dan energi yang digunakan untuk berproduksi. Nilai energi netto sangat bervariasi sehingga tidak ada nilai energi netto yang absolut pada setiap bahan pakan.
Karbohidrat merupakan sumber energi paling penting bagi unggas. Karbohidrat dapat diperoleh dari sebagian besar bahan pakan berbentuk biji-bijian seperti jagung, gandum, barley, oat yang memiliki kontribusi dalam mencukupi kebutuhan energi unggas. Karbohidrat juga diperoleh dari limbah pertanian seperti dedak padi, pollard, onggok dan sebagainya. Karbohidrat yang terkandung pada biji-bijian sebagian besar dalam bentuk pati sehingga mudah dicerna oleh unggas. Beberapa bahan pakan mengandung karbohidrat dalam bentuk selulosa dan hemiselulosa sehingga susah untuk dicerna oleh unggas karena saluran pencernaan unggas memiliki mikroba pencerna serat kasar dalam jumlah yang sedikit.
Satuan yang digunakan pada pengukuran energi adalah joule atau kalori. Makna dari satu kalori (1 kal) adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air 1oC dari temperatur 16,5oC menjadi 17,5oC. Satu kalori setara dengan 4,184 joule. Satu kilokalori (1 kkal) setara dengan 1000 kalori. Satuan kkal biasanya digunakan untuk menentukan kandungan energi dari suatu bahan pakan.
Untuk mengetahui energi dari pakan yang dapat digunakan oleh tubuh dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:
Kalo bisa cantumin daftar pustakanya, Mas..
BalasHapusterima kasih atas informasinya:) tapi akan lebih baik apabila disertakan daftar pustaka atau sumbernya
BalasHapus